Cara menentukan harga jual telur ayam - Harga jual telur ayam bisa bervariasi, tergantung pangsa pasar yang sekarang. Cara menentukannya adalah dengan melihat biaya produksi telur itu sendiri.
Cara menentukan harga jual telur ayam Antara lain :
1) Penyusutan investasi kandang dan prasarana
2) Penyusutan pullet
3) Biaya operasional
4) Biaya pakan
5) Biaya pemasaran
6) Biaya penggunaan (obat, vaksin, vitamin dan bahan kimia)
7) Biaya lain-lain
Harga telur seringkali tidak diikuti dengan harga pakan dan faktor lain seperti tenaga kerja, obat-obatan, dll yang cenderung meningkat. Pakan tidak lagi berkontribusi terhadap biaya operasional ayam petelur sebesar 70%. Oleh karena itu, efisiensi biaya pakan akan membuat harga pokok produksi lebih kecil. HPP digunakan sebagai tolak ukur penentuan harga jual telur. Jika harga telur sama dengan HPP, berarti peternak mengalami impas "tidak untung atau rugi". Jika harga telur dijual di atas "HPP" maka keuntungan peternak adalah selisih antara 'HPP" dengan harga jual telur. Petani akan rugi jika menjual telur di bawah harga.
Kenaikan harga bahan baku pakan dan bahan bakar minyak tentunya akan sangat mempengaruhi kenaikan harga pakan ayam. Kenaikan harga pakan otomatis meningkatkan biaya produksi telur. Kenaikan harga bahan baku erat kaitannya dengan kenaikan bahan bakar minyak dan nilai tukar dolar terhadap rupiah.
Pasalnya, selama ini sebagian bahan baku pakan masih bergantung pada bahan baku pakan impor. Apalagi dengan meningkatnya permintaan pasar internasional dan penggunaan beberapa bahan baku pakan untuk produksi energi, harganya juga semakin murah. Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap biaya transportasi juga sangat terasa. Selanjutnya akan sangat mempengaruhi biaya produksi telur.
Baca juga : Cara Memelihara Ikan Gabus Agar Cepat Besar
Berikut adalah 7 cara menentukan harga jual telur ayam
1. Biaya Investasi Kandang Ayam dan Infrastruktur
Perhitungan biaya penyusutan untuk investasi keramba dan prasarana pendukungnya bukan merupakan salah satu nilai tanah karena nilai tanah tidak berkurang bahkan akan terus meningkat dari waktu ke waktu.
Kandang dan prasarana pendukung yang ada biasanya dibuat dengan nilai arus rata-rata Rp 50.000 ribu/ekor. Dengan menghitung masa manfaat 10 tahun (6 periode), nilai penyusutan dari investasi awal adalah Rp. 40.000 - 7 periode: 25 kg telur per periode, Rp. 229/kg.
2. Biaya Penyusutan pullet Ayam
Dalam perhitungan pullet, ayam berumur hingga 153 hari (22 minggu, 7 hari), untuk menghasilkan 60-80% HD, pada saat itu ayam petelur mampu membiayai makanannya dari produksi telur. Harga merpati umur 22 hari dihitung Rp. 74.800/ekor, harga penolakan Rp. 30.000/ekor.
Jika mortalitasnya 5%, maka harga ayam afkir adalah Rp. 30.000 x 95% = Rp. 28.500,-. Nilai penyusutan pullet adalah harga awal masa produksi dikurangi harga ayam afkir dibagi pendapatan telur dalam 1 (satu) periode sampai umur 80 minggu dengan rata-rata 25 kg telur/ekor/periode = Rp. 1.852/kg telur.
3. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh ayam petelur untuk produksi, antara lain listrik, telepon, air, upah/gaji tenaga kerja, pemeliharaan, bahan, sosial, kebugaran atau kesehatan, keamanan, sosial, bahan bakar minyak dan lain-lain. Antara peternakan yang satu dengan peternakan yang lain tentunya berbeda.
Tergantung pada sistem kandang yang digunakan, alat dan tata cara pemberian makan dan minum, apakah manual, semi otomatis atau otomatis. Menurut pengalaman peternak di Jawa Barat, dengan tata cara pemberian pakan dan minum manual, biaya operasionalnya tidak lebih dari Rp. 600/kg.
4. Biaya Pakan Ayam
Jika menggunakan pakan jadi/komplit buatan pabrik, harga pakan saat ini di Jawa Barat pada November 2014 rata-rata Rp 4.800/kg. Ditambah ongkos kirim ke kandang dan upah lebih rendah, lebih dari Rp. 100/kg. Jadi, harga pakan sampai dimakan ayam menjadi Rp 4.900/kg. Mengalikan FCR (Feed Conversion Ratio) dari total populasi ayam petelur yang berproduksi, umur 20 sampai 80 minggu.
5. Biaya Penjualan Telur Ayam
Setelah telur diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan atau bisa dikatakan menjualnya meski dijual di toko atau gudang telur. Biaya tersebut meliputi telepon, listrik, penurunan berat badan, keretakan, kerusakan, biaya tenaga kerja, pengemasan (peti kayu, nampan telur, tali, dan lain sebagainya. Harga jual rata-rata adalah Rp.100/kg.
6. Biaya Obat, Vaksin dan Bahan Kimia
Selama pemeliharaan ayam petelur, peternak membutuhkan obat-obatan (antibiotik, anti cacing), vaksin (vaksin mati dan vaksin hidup) dan bahan kimia (desinfektan, insektisida, vitamin) agar ayam tetap sehat dan berproduksi secara optimal. Vaksinasi terhadap berbagai penyakit perlu diulang secara teratur, obat cacing perlu diulang siklusnya, pemberantasan lalat dan kutu, bio-security dan vitamin juga perlu diberikan secara teratur. Total biaya OVK bila dirata-ratakan tidak lebih dari Rp. 300/kg.
7. Biaya Lainnya
Dalam perjalanan suatu perusahaan tidak lepas dari hal-hal yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak terduga. Umumnya, ini menyangkut biaya sosial, kesehatan atau kesejahteraan karyawan, keamanan, kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Sehingga diperlukan cadangan untuk biaya tak terduga, diperkirakan rata-rata anggaran yang dibutuhkan adalah Rp. 75/kg.